Bersama UT, Para Rektor PTN Kolaborasi Main Ketoprak ` Semar Mesem`

EPICMEDIAINDONESIA SURABAYA – Suasana tampak berbeda saat pimpinan berbagai perguruan tinggi ternama di Jawa Timur kumpul bareng. Tentu ide dan kreativitas para pimpinan perguruan tinggi negeri ini (PTN) ini akan berbeda saat mereka berkumpul. Benar saja, ajang silaturahmi antar pimpinan perguruan tinggi negeri (PTN) ini dikemas ciamik dengan main ketoprak bareng.

Mengambil lakon ` Semar Mesem` para rektor perguruan tinggi negeri ini, mengambil peran masing-masing dan unjuk kebolehan bermain ketoprak Semar Mesem (Sumpah Bhakti Merah Putih`. Nama raja pun sengaja diambil sesuai nama asal rektor memimpin perguruan tinggi negeri.

Bertindak sebagai Raja Univesitas Terbuka (UT) adalah Wakil Rektor Bidang Pengembangan Institusi dan Kerja Sama Univesitas Terbuka Rahmat Budiman, SS, M.Sc, Ph.D, Raja Unesa diperankan Rektor Unesa Prof. Dr. Nurhasan, M.Kes, Raja ITS dimainkan Rektor ITS Prof. Dr. Ir. Mochamad Ashari M.Eng, dan Raja PENS diperankan dari PENS (Direktur Politeknik Elektronika Negeri Surabaya).

Sementara bertindak sebagai dalang adalah Abah Topan, pelawak ternama. Begitu juga dengan peran Semar, Gareng, Petruk, dan Bagong, juga diperankan dari seniman pelawak. Tentu saja, ajang seni budaya Ketoprak tersebut mendapatkan apresiasi luar biasa dari berbagai kalangan. Salah satunya dari Direktur UT Surabaya Dr. Suparti, M.Pd yang turut mengawal permainan ketoprak spektakuler tersebut.

“Universitas Terbuka merasa berbahagia atas sinergisitas para pimpinan perguruan tinggi negeri ternama di Jawa Timur,” ujar Suparti. Para pimpinan perguruan tinggi, bermain total saat permainan ketoprak humor tersebut. Menurut Suparti, ajang silaturahim antar pimpinan perguruan tinggi negeri tersebut merupakan salah satu wujud kolaborasi dan dukungan juga terhadap Universitas Terbuka Surabaya dari berbagai perguruan tinggi negeri ternama di Jawa Timur.

Suparti sempat menjelaskan, lakon ketoprak bertajuk `Semar Mesem` tersebut menceritakan saat Zaman Majapahit, ternyata keberadaan bendera sudah ada. Terbukti dengan adanya Sang Saka Gula Kelapa yang menjadi lambang kebesaran Majapahit di seluruh nusantara yang syarat akan filosofi kebaikan.

“Merah berarti berani, putih berarti suci yang menjadi ciri khas Majapahit,” ujarnya. Dalam sinopsis cerita juga digambarkan, bagaimana semua orang takluk dan takjub pada kekuatan Majapahit saat itu. (naw)